Ir. Pangeran Muhammad
Noor ( Datu Laki)
Kali
ini “Catatan unda” memberikan tulisan berbeda tentang pendiri/ pencetus PLTA Riam kanan. Gw coba
beberkan siapa itu Ir. Pangeran Mohammad Noor yang sekarang namanya Terabadi
sebagai nama sebuah PLTA yang dibangun didaerah Kalimantan selatan. Dam PLTA
Riam kanan yang memang dikelilingi oleh pegunungan Meratus.
Perlu lo ketahui
pula Pegunungan Meratus adalah deretan pegunungan yang membelah provinsi
Kalimantan Selatan menjadi dua bagian. Panjang deretan pegunungan ini mencapai
sekitar 600 km dimulai dari bagian Tenggara Kalimantan Selatan hingga menuju ke
arah Utara yang berbatasan dengan provinsi KalimantanTimur. Total ada 8
kabupaten bagian dari Kalimantan Selatan yang dilewati oleh pegunungan Meratus.
Itu termasuk kabupaten Banjar dimana deretan pegunungan Meratus bisa terlihat
dari danau Riam Kanan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Riam Kanan secara
administratif terletak di Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan selatan.
Ir. H. Pangeran
Mohammad Noor
Bin Pangeran ALI adalah
gubernur Kalimantan di masa pemerintahan Soekarno. beliau lahir dari keluarga
bangsawan Banjar, Sebagai intah (cucu
dari cucu) Raja Banjar Sultan Adam al-Watsiq Billah, yang dilahirkan 24 Juni
1901 di Martapura, Kalimantan Selatan. Masyarakat tempo dulu menyebut beliau sebagai “Datu laki Pangeran Muhammd Noor”.
Setelah lulus HIS (1917) ia belajar di
MULO (1921), ke HBS (1923), pada tahun 1927 beliu lulus dari Sekolah Tinggi di
Bandung dan meraih gelar Insinyur. Pernah menjabat sebagai anggota Volksraad
(DPR pada masa kolonial Belanda) priode tahun 1931-1939 utusan kalimantan. Dan
pernah juga sebagai anggota PPKI mewakili Kalimantan.
Disamping
jabatan insinyurnya pada biro pengairan, beliu juga anggota Badan
Persiapan Kemerdekaan RI, dan setelah Indonesia merdeka diangkat sebagai
Gubernur Kalimantan yang pertama. Dalam aksi gerilya bersenjata mendirikan pasukan MN.1001/MTK1 ( Muhammad
Noor.1001/ Mandau Talabang Kalimantan) yang beroperasi di Kalimantan Selatan
pada tahun 1945 – 1949 dengan Pimpinan umum Tjilik
Riwut dan dengan wakilnya A Mukran
.
MN.1001/MTK1
merupakan kelompok gerelyawan dengan jumlah pasukan dan kemampuan penguasaan
wilayah terbesar ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan selatan pada masa perang
kemerdekaan indonesia di Kalimantan Selatan 1945-1949. Pasukan terbesar
meliputi wilayah kalimantan selatan dan kalimantan Tengah Sekarang, Meliputi
Kotawaringin, Nanga bulik, dan tumbang Sanamang, Marabahan, Pelihari, dan
daerah Hulu sungai dengan Pusat perjuangan di daerah Gambut, berhadapan
langsung dengan Belanda (Residenti van zuid-Bornio) dibanjarmasin sehingga
pasukanya seperti Pasukan P.5 (Penggempur-penculik-pembakaran-Penghalang aksi
musuh-penyidik) yang merupakan inti dari MTK (Mandau Talabang Kalimantan) banyak terlibat pertempuran dengan KNIL
atau polisi NICA.
Datu Noor (Ir.Pangran Muhammad Noor) di tengah-tengah
pejuang Kalimantan di Tuban 1947 Sebagai seorang insinyur juga diangkat menjadi Menteri Pekerjaan Umum
(1956-1957) pada Kabinet Ali Sastromijoyo. Ketika itulah membuat gagasan
‘Proyek Sungai Barito’ yang berhasil merealisasikan pembangunan PLTA Riam Kanan
dan pengerukan ambang Barito, sekarang PLTA itu diabadikan memakai nama beliau
menjadi PLTA Ir. P.M.Noor. Kemudian terpilih sebagai anggota Komisi V DPR RI
hasil Pemilu 1971 dan 1977 dari partai Golkar, mewakili Kalsel.
Beliu
menikah dengan Datu bini Gusti Aminah, dan mempunyai 11 putra yaitu: Gusti Mansyuri
Noor, Gusti Rizali Noor, Gusti Mazini Noor, Gusti Rusli Noor, Gusti (lahir dan
meninggal di Tegal), Gusti Darmawan Noor, Gusti Didi Noor, Gusti Hidayat Noor,
Gusti Arifin Noor, Gusti Suriansyah, Gusti Adi Darmansyah.
Menjelang
akhir hayatnya, Beliau terbaring lemah di RS. Pelni Jakarta, tetapi semangat Beliau untuk membicarakan pembangunan di Kalimantan Selatan tak pernah surut.
Setiap ada tamu yang berkunjung masih saja bertukar pikiran mengenai
pembangunan di banua. Bagi beliau pembangunan untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat adalah identik dengan kehidupannya. Datu Noor akan berhenti
berpikir dan berbicara tentang kemajuan banua bilamana otak dan nafasnya sudah
berhenti
Kata-kata
yang diucapkan beliau sampai menjelang akhir hayatnya terus menerus memberi
semangat kepada seluruh generasi muda di banua
(daerah) agar tetap berkarya dalam bidang apapun yang digeluti. Ucapan beliu
yang sangat monomenal adalah “Teruskan.
. . Gawi kita balum tuntung…!“
Ir.
Pangeran Mohamad Noor, yang terlahir dengan nama Gusti Mohamad Noor, Wafat
dalam usia 78 tahun pada 15 Januari 1979. Dimakamkan disamping istri tercinta Datu
bini Gusti Aminah yang sudah mendahului sidin di TPU Karet Jakarta. Selain
diabadikan sebagai nama waduk, jalan menuju bendungan tersebut juga dinamakan
Jalan Ir. Pangeran Muhammad Noor. Namun, pada 18 Juni 2010, kerangka Datu laki
Pangeran Muhammad Noor beserta Datu bini Gusti Aminah dipindahkan dari TPU
Karet Jakarta ke Pemakaman Zuriat Sultan Adam Al-Watsiq Billah, Kampung Jawa,
Martapura, atas keputusan Keluarga Besar Datu laki Pangeran Muhammad Noor di
Jakarta dan Banjarmasin.