Minggu, 22 September 2013

Ir. Pangeran Muhammad Noor atau datu Laki


Ir. Pangeran Muhammad Noor ( Datu Laki)


Kali ini “Catatan unda” memberikan tulisan berbeda tentang  pendiri/ pencetus PLTA Riam kanan. Gw coba beberkan siapa itu Ir. Pangeran Mohammad Noor yang sekarang namanya Terabadi sebagai nama sebuah PLTA yang dibangun didaerah Kalimantan selatan. Dam PLTA Riam kanan yang memang dikelilingi oleh pegunungan Meratus.

Perlu  lo ketahui  pula Pegunungan Meratus adalah deretan pegunungan yang membelah provinsi Kalimantan Selatan menjadi dua bagian. Panjang deretan pegunungan ini mencapai sekitar 600 km dimulai dari bagian Tenggara Kalimantan Selatan hingga menuju ke arah Utara yang berbatasan dengan provinsi KalimantanTimur. Total ada 8 kabupaten bagian dari Kalimantan Selatan yang dilewati oleh pegunungan Meratus. Itu termasuk kabupaten Banjar dimana deretan pegunungan Meratus bisa terlihat dari danau Riam Kanan. Daerah Aliran Sungai (DAS) Riam Kanan secara administratif terletak di Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan selatan.

Ir. H. Pangeran Mohammad Noor Bin Pangeran ALI adalah gubernur Kalimantan di masa pemerintahan Soekarno. beliau lahir dari keluarga bangsawan Banjar, Sebagai  intah (cucu dari cucu) Raja Banjar Sultan Adam al-Watsiq Billah, yang dilahirkan 24 Juni 1901 di Martapura, Kalimantan Selatan. Masyarakat tempo dulu  menyebut beliau sebagai “Datu laki Pangeran Muhammd Noor”.  Setelah lulus HIS (1917) ia belajar di MULO (1921), ke HBS (1923), pada tahun 1927 beliu lulus dari Sekolah Tinggi di Bandung dan meraih gelar Insinyur. Pernah menjabat sebagai anggota Volksraad (DPR pada masa kolonial Belanda) priode tahun 1931-1939 utusan kalimantan. Dan pernah juga sebagai anggota PPKI mewakili Kalimantan.

Disamping jabatan insinyurnya pada biro pengairan, beliu  juga anggota Badan Persiapan Kemerdekaan RI, dan setelah Indonesia merdeka diangkat sebagai Gubernur Kalimantan yang pertama. Dalam aksi gerilya bersenjata mendirikan pasukan MN.1001/MTK1 ( Muhammad Noor.1001/ Mandau Talabang Kalimantan) yang beroperasi di Kalimantan Selatan pada tahun 1945 – 1949 dengan Pimpinan umum  Tjilik Riwut dan dengan wakilnya A Mukran .

MN.1001/MTK1 merupakan kelompok gerelyawan dengan jumlah pasukan dan kemampuan penguasaan wilayah terbesar ALRI Divisi IV Pertahanan Kalimantan selatan pada masa perang kemerdekaan indonesia di Kalimantan Selatan 1945-1949. Pasukan terbesar meliputi wilayah kalimantan selatan dan kalimantan Tengah Sekarang, Meliputi Kotawaringin, Nanga bulik, dan tumbang Sanamang, Marabahan, Pelihari, dan daerah Hulu sungai dengan Pusat perjuangan di daerah Gambut, berhadapan langsung dengan Belanda (Residenti van zuid-Bornio) dibanjarmasin sehingga pasukanya seperti Pasukan P.5 (Penggempur-penculik-pembakaran-Penghalang aksi musuh-penyidik) yang merupakan inti dari MTK (Mandau Talabang Kalimantan) banyak terlibat pertempuran dengan KNIL atau polisi NICA.





 

Datu Noor  (Ir.Pangran Muhammad Noor) di tengah-tengah pejuang Kalimantan di Tuban 1947 Sebagai seorang insinyur  juga diangkat menjadi Menteri Pekerjaan Umum (1956-1957) pada Kabinet Ali Sastromijoyo. Ketika itulah membuat gagasan ‘Proyek Sungai Barito’ yang berhasil merealisasikan pembangunan PLTA Riam Kanan dan pengerukan ambang Barito, sekarang PLTA itu diabadikan memakai nama beliau menjadi PLTA Ir. P.M.Noor. Kemudian terpilih sebagai anggota Komisi V DPR RI hasil Pemilu 1971 dan 1977 dari partai Golkar, mewakili Kalsel.

Beliu menikah dengan Datu bini Gusti Aminah, dan mempunyai 11 putra yaitu: Gusti Mansyuri Noor, Gusti Rizali Noor, Gusti Mazini Noor, Gusti Rusli Noor, Gusti (lahir dan meninggal di Tegal), Gusti Darmawan Noor, Gusti Didi Noor, Gusti Hidayat Noor, Gusti Arifin Noor, Gusti Suriansyah, Gusti Adi Darmansyah.

Menjelang akhir hayatnya, Beliau terbaring lemah di RS. Pelni Jakarta, tetapi semangat Beliau untuk membicarakan pembangunan di Kalimantan Selatan tak pernah surut. Setiap ada tamu yang berkunjung  masih saja bertukar pikiran mengenai pembangunan di banua. Bagi beliau pembangunan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat adalah identik dengan kehidupannya. Datu Noor akan berhenti berpikir dan berbicara tentang kemajuan banua bilamana otak dan nafasnya sudah berhenti

Kata-kata yang diucapkan beliau sampai menjelang akhir hayatnya terus menerus memberi semangat kepada seluruh generasi muda di banua (daerah) agar tetap berkarya dalam bidang apapun yang digeluti. Ucapan beliu yang sangat monomenal adalah Teruskan. . . Gawi kita balum tuntung…!

Ir. Pangeran Mohamad Noor, yang terlahir dengan nama Gusti Mohamad Noor, Wafat dalam usia 78 tahun pada 15 Januari 1979. Dimakamkan disamping istri tercinta Datu bini Gusti Aminah yang sudah mendahului sidin di TPU Karet Jakarta. Selain diabadikan sebagai nama waduk, jalan menuju bendungan tersebut juga dinamakan Jalan Ir. Pangeran Muhammad Noor. Namun, pada 18 Juni 2010, kerangka Datu laki Pangeran Muhammad Noor beserta Datu bini Gusti Aminah dipindahkan dari TPU Karet Jakarta ke Pemakaman Zuriat Sultan Adam Al-Watsiq Billah, Kampung Jawa, Martapura, atas keputusan Keluarga Besar Datu laki Pangeran Muhammad Noor di Jakarta dan Banjarmasin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar